Slide # 1

Slide # 1

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 2

Slide # 2

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 3

Slide # 3

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 4

Slide # 4

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 5

Slide # 5

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Senin, 02 September 2013

Flirting dimata Wanita





att-girl4Flirting dimata Wanita
Tahun baru dengan topik lama. Tapi memang karena begitu luas dan selalu berkembang, Banyak pria yang akan selalu bertanya tentang ini. Dan kali ini saya akan berbagi curhatan dari seorang WANITA yang berisi pengalaman dan pendapatnya tentang Flirting.

Selama ini mungkin para pria terlalu memikirkan tentang bagaimana memberikan flirt yang tepat dan terlalu kuatir dengan tanggapan dari sang wanita.

Nah ini kesempatan anda untuk tahu … Apa sih  sebenarnya yang ada di pikiran wanita saat pria mem-flirting mereka … juga flirting seperti apa yang mereka harapkan dari pria.

Memang tiap wanita akan berbeda dalam menanggapi flirting yang ditujukan pada mereka …. tapi setidaknya bisa menambah pengetahuan anda untuk bisa lebih mengerti wanita.


” Dulu waktu masih jomblo, saya selalu berpikir bahwa tidak akan ada lelaki yang dapat mengimbangi saya dalam hal goda-menggoda alias flirting. Kenapa? Karena sedikit sekali (baca: tidak ada) lelaki yang bisa menanggapi kalimat saya ini dengan benar:

‘Hi. You know, you look cute today.’

Tanggapan yang biasa saya peroleh dari para lelaki itu diantaranya adalah:

‘Ah bisa aja’- sambil sok jual mahal, atau
‘Masa seeehhh’ -sambil mesem-mesem cunihin, atau
‘Kamu juga…’ -sambil sok menatap dalam-dalam

Ga ada yang bisa nanggapin dengan witty, karena jawaban yang saya harapkan kurang lebih seperti ini:

‘Look who’s talking’ -sambil mengedipkan mata dan tersenyum nakal, atau
‘That I already know, sweetie. But do you know that you are cuter than me?’ -sambil tersenyum manis

Kalo kata beberapa teman saya, ekspektasi saya terlalu muluk-muluk. Kebanyakan lelaki Indonesia nggak biasa menanggapi perempuan yang straightforward dalam hal flirting. Kasus klasik teman-teman perempuan saya adalah: menunjukkan rasa sukanya pada seorang lelaki dengan cara kuno yaitu…

Curhat.

Sampe detik ini saya gak abis pikir. Kalo suka sama cowok, kenapa mesti ‘ditutupi’ dengan curhat? Bukankah itu akan membuat si cowok jadi mikir, “Ni cewek kok belom jadi apa-apa udah ngerepotin sih…” dan mengurung si cewek dalam status ‘teman’ biasa? Kalo udah kaya gitu, ujung-ujungnya sebel sendiri kan? Maksud hati ingin PDKT apa daya si lelaki salah tangkap dan gak jadi ‘suka’.

Pacar saya bilang, umumnya lelaki itu literal. Kalau mau A, bilang A. Kalau mau B, bilang B. Sampai sekarang saya masih suka bingung menghadapi ini karena seperti sebuah jargon iklan, saya masih memegang prinsip ‘karena wanita ingin dimengerti’. Maksudnya, perempuan maunya laki-laki bisa baca pikiran kita dan melakukan apa yang ada dalam imajinasi dan fantasi kita.

Literalnya lelaki ini ternyata tidak masuk area flirting. At least, itu yang saya tangkap dari curhatan beberapa teman, dan pengalaman pribadi di masa lalu. Beberapa lelaki emang gak biasa ‘hajar bleh’ dalam masalah flirting. Padahal, kadang, kita sebagai perempuan berpikir gini:

“Udah deh, kalo emang suka bilang aja kenapa sih?”

Ya gak?

Tapi jadinya juga salah lagi… secara giliran ada yang ujug-ujug nyatain perasaan tanpa ada angin ujan badai, bikin kita (cewek) berasa jijai sendiri dan kemudian malah menjauh sejauh-jauhnya.

Serba salah.

Sebelum saya ketemu sama pacar saya sekarang, saya sering dikecewakan oleh TEKNIK FLIRTING STANDART yang dimiliki beberapa lelaki. Contoh kasus:

Siang-siang, lagi dikejar deadline, ribet gak karuan. Tiba-tiba dapet SMS:

“Hai lagi apa, udah makan?”

Otomatis jawaban yang saya berikan adalah:

“Lagi ribet. Belom.”

Dan balasannya…

“Duh judes amat sih… aku kan cuma nanya. Masa perhatian gak boleh sih… Kamu makan ya, nanti sakit”

Maka tak urung saya akan menjawab:

“Iya”

Setelah itu, telepon akan berdering dan diseberang sana sebuah suara yang biasanya kalem bagai air telaga mendadak sedikit meninggi dengan tuduhan:

“Kamu marah sama aku?”

LHO?

Kok marah sih? Kan udah dibilang lagi ribet. Sensitivitas berlebihan? Turned off jadinya. Cuih. Belom jadi pacar aja udah segitu nuntutnya, gimana kalo udah? Coreeetttt dari daftar pengagum.

Kata Wenni (sahabat saya ) begini: “Elu mah standar flirtingnya ketinggian. Makanya susah sendiri”

Mungkin juga ya. Secara kesalahan grammar pada sms atau email aja bisa bikin saya tertawa jijik dan ogah meneruskan hubungan ke tingkat yang lebih jauh. Contoh kasus:

Dateng ke kantor pagi-pagi, dan dapet email berbunyi:

- Kamu baik banget sama aku. THANK’S ya jalan-jalannya Sabtu kemaren. Sabtu besok mau lagi ya kalo aku ajak jalan? -

Singkat padat jelas dan kalo emang lagi ‘crush’ memang bikin hati meleleh. Tapi perhatikan kata yang dibold. It’s ‘Thanks’ not ‘Thank’s’, dude. Kalo ga yakin pake bahasa Inggris, mending jangan deh. Bikin rusak suasana hati. Yang ada jadi drop dan gak ada jalan-jalan lagi Sabtu berikutnya. Huh.

Wenni juga pernah bilang begini: “Kenapa yah , cowok-cowok yang ngedeketin lo itu rata-rata tekniknya standaaaarr semua. Ketebak. Padahal idaman lo adalah yang bisa ngebales ke-’witty’-an lo”.

Saya sempet sedih waktu Wenni bilang begini. Iya. Standar. Walau ada yang tekniknya rada aneh yaitu bawa oleh-oleh gorengan waktu berkunjung… BWAHAHAHAAHAHAHAAHKAHKHKKK! Lumayan kreatif, manis, sulit ditolak pada saat itu… tapi tetep bikin ngenes sambil nyengir.

Kalau dipikir-pikir, standar flirting (terlalu) tinggi inilah yang ujungnya membuat saya bertekuk lutut di depan si Bebe. Walau sampai sekarang gak pernah mau ngaku kalo saya yang flirting duluan (karena emang bukan), ada satu sesi SMS kami yang kalo gak salah seperti ini bunyinya…

Saya – I’m still at the office. Tired. Got a lot in my mind.
Dia – Am I in your mind?
Saya – You’re what I meant by ‘a lot’ What are you doing?
Dia – Smiling, dancing and kissing my phone

Duh bo. Sumpe deh. Waktu baca sms itu, rasanya lutut melemas dan senyum melebar tanpa kontrol… padahal lagi lembur jaya dikejar deadline.

Dari lelaki-lelaki yang pernah mendekati saya, cuma dia yang bisa bikin saya merinding disko gila-gilaan.

Itu waktu flirting. Waktu udah pacaran juga dia kerap memberikan kejutan-kejutan yang sampe detik ini masih bikin saya deg-degan kaya mahasiswa ngecengin dosen… seperti: ngasih liat kalo dia masih nyimpen segala potongan tiket bioskop, bon pembayaran waktu kita kencan pertama kali, sms-sms saya kepadanya yang memenuhi inbox teleponnya dan lain-lain.

Kesimpulannya, flirting itu emang tricky. Sulit gak sulit deh. Ngomongnya atau nulisnya mungkin gak susah, tapi membuat yang mendengar atau membaca itu merasa tertohok di tempat yang pas… itu yang agak ribet. Menohoknya juga mesti liat-liat, kalo cuma kecolek dikit, efek yang dihasilkan gak maksimal… kalo terlalu gubrak sampe yang ‘kena’ berasa kaya abis minum Absolut Vanilla satu krat juga gak bener. Takarannya harus pas. Seperti yang selama ini dia lakukan pada saya. “

0 komentar:

Posting Komentar